Gelangsar- untuk menyelesaikan masalah pertanian di dalam kawasan hutan, KKN Tematik Desa Gelangsar Periode 2022/2023 mengadakan Talkshow dengan Tema “Agroforestry Untuk Kesejahteraan Petani” pada tanggal 28 Januari 2023 yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan sekaligus solusi dari kondisi pertanian di Desa Gelangsar, Kec. Gunung Sari, Kab. Lombok Barat, NTB.
Agroforestry dapat diimplementasikan dalam kawasan hutan yang digarap oleh masyarakat yang terdaftar dalam kemitraan antara Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat dengan masyarakat sekitar kawasan hutan di Desa Gelangsar, Kec. Gunung Sari, Kab. Lombok Barat, NTB.
Agroforestry merupakan sistem penggunaan lahan atau usaha tani yang mengombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian maupun perkebunan untuk meningkatkan keuntungan secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan.
Dosen Kehutanan, Universitas Mataram, Dr. Ir. Markum, M.Sc selaku pembicara menjelaskan ke masyarakat Desa Gelangsar terkait apa itu sistem agroforestry dan manfaat serta alasan mengapa agroforestry perlu diterapkan di pertanian Desa Gelangsar.
“Agroforestry dapat mencegah terjadinya gagal panen dikarenakan dalam kawasan lahan garapan terdapat keanekaragam tanaman sehingga hasil panen yang digarap oleh masyarakat dapat terus berkelanjutan,” ujar beliau.
Hadir juga sebagai pembicara, yaitu Arie Syahdi Gare, S. Hut, Ketua Wanapala NTB menerangkan perlu diperhatikan jenis tanaman yang akan ditanam karena dapat mempengaruhi struktur tanah, debit air serta azaz kebermanfaatan yang bernilai ekonomi dan ekologi untuk keberlanjutan bagi masyarakat dan kawasan hutan itu sendiri.
“Berdasarkan analisis saya, bahwasanya debit air di Desa Gelangsar ini sudah mulai berkurang sehingga perlu diberlakukan penanaman tanaman penyimpan air seperti beringin atau jambu air, tetapi masyarakat lebih condong menanam tanaman sesuka hati tanpa memperhatikan fungsi serta manfaat untuk kedepannya, ” tuturnya.
Hadir juga dua petani pekebun Desa Gelangsar yaitu Bapak Jamaah dan Bapak Sirajudin Muhtar menyampaikan pengalaman, permasalahan serta harapan untuk pertanian di Desa Gelangsar.
Pak Sirajudin Muhtar berkata, “Masyarakat di Desa ini masih minim pengetahuannya mengenai penanaman sehingga masyarakat menanam sesuka hati tanpa mempertimbangkan jenis tanamannya, yang mana dapat berdampak untuk generasi kedepannya.”
“Kondisi tanah pertanian di Desa Gelangsar ini memiliki kemiringan hampir 700 sehingga diperlukan jenis tanaman yang cocok untuk kontur tanah tersebut, ” Lanjut Pak Jamaah.
Adapun solusi yang dipaparkan oleh Bapak Dr. Ir. Markum, M.Sc, “Pentingnya pengelolaan tanaman multi guna yang tetap dapat mempertahankan fungsi hutan demi menjaga keanekaragaman hayati,”
“Mengajak masyarakat untuk memilah jenis tanaman yang akan ditanam tanpa mengurangi fungsi hutan.” Lanjut beliau.
Dikatakan bahwa Sistem Agroforestry cukup kompleks, namun lebih baik untuk meghindari gagal panen dibandingkan dengan sistem pertanian lainnya. Sistem Agroforestry ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat, dan ada keberlanjutan dalam pengelolaannya.
Selain itu, perlu juga dukungan dari pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan serta instansi yang bergerak di bidang kehutanan dan lingkungan maupun pegiat lingkungan seperti pencinta alam dan lainya. Karena Kerjasama yang dapat dibangun akan membantu mewujudkan pengelolaan lahan hutan yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga hutan lestari bukan sekedar mimpi .