Semangat gotong royong yang selalu didengungkan oleh Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Desa sudah hamper memudar, adanya arus moderninasi dan globalisasi atau pengaruh budaya barat yang begitu deras dewasa ini, yang langsung bisa menembus hingga ke pelosok tanah air yang tidak bisa lagi mampu dibendung oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah, mengakibatkan adanya suatu perubahan yang sangat mendasar pada tatanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Ini menimbulkan pengaruh yang luar biasa terhadap budaya yang selama ini dijunjung tinggi oleh bangsa ini, terutama budaya tradisional yang dikenal dengan sebutan budaya gotong royong yang menjadi kebanggaan bangsa. Dalam waktu yang relatif singkat telah berubah dengan kecepatan yang sangat tinggi menjadi sifat-sifat egoistis, individualistik dan sifat masa bodoh serta tidak mau lagi peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, baik itu tetangga, teman dekat bahkan orang-orang yang hidupnya kurang beruntung. sifat-sifat seperti ini sudah mulai terlihat menonjol, sehingga budaya gotong-royong yang di masa lalu berdiri tegak, berangsur-angsur mulai menipis.
Bila di masa lalu masyarakat terutama yang tinggal di wilayah pedesaan atau penduduk prural, selalu dilindungi oleh adanya jaminan sosial, berupa budaya gotong-royong dan saling tolong-menolong diantara warga masyarakatnya, budaya itu terlihat begitu kentalnya, namun akhir-akhir ini budaya yang sangat baik itu kalau tidak hati-hati dan tidak ada yang memotivasi untuk membangkitkan kembali, dikhawatirkan akan berubah menjadi budaya yang hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan yang sifatnya sesaat. Hal ini sangat membahayakan bagi kelangsungan berbangsa dan bernegara terutama bagi kesatuan dan persatuan bangsa.
Beberapa alasan atau penyebab kenapa gotong royong mulai ditinggalkan, yaitu:
1. Malas
Alasan ini merupakan alasan klasik, namun alasan inilah yang sering muncul di masyarakat. Rasa malas adalah perasaan yang dimiliki oleh hampir semua orang, oleh sebab itu saat orang merasa malas maka apapun kegiatannya dia merasa enggan untuk berperan aktif, tak terkecuali saat ada kegiatan gotong royong.
2. Kesibukan
Tak sedikit orang yang disibukkan dengan pekerjaan mereka, sehingga hampir tak ada waktu untuk kegiatan-kegitan yang bersifat sosial kemasyarakatan. Bahkan, ada orang yang rela mengeluarkan uang untuk membayar orang lain untuk mewakili mereka saat ada gotong royong.
3. Kecemburuan Sosial
Sering adanya bantuan langsung dari pemerintah membuat permasalahan tersendiri di masyarakat, hal ini tak lepas dari pembagian bantuan yang terkadang tidak tepat sasaran. Bahkan, berkembang asumsi di masyarakat terkait bantuan yang seharusnya dibagi rata. Nah, kecemburuan dan rasa iri inilah yang terkadang membuat orang jadi enggan untuk melakukan kegiatan seperti gotong royong.
4. Pemahaman Keliru Soal Bantuan
Bantuan untuk pembangunan dari pemerintah membuat orang terkadang keliru dalam memahami, banyak asumsi bahwa tak perlu ada gotong royong bila sudah ada bantuan dari pemerintah, karena tenaga kerja sudah di bayar dengan dana bantuan. Memang tak sepenuhnya keliru, namun ada kalanya bantuan juga butuh swadaya dari masyarakat, karena ada juga bantuan yang sifatnya stimulan dan butuh partisipasi dari masyarakat. Dengan banyaknya bantuan yang turun di masyarakat sehingga tak sedikit masyarakat yang akhirnya "ketergantungan" pada bantuan.
5. Kurang Bersosialisasi/ Egois
Ego orang yang besar terkadang membuat orang menjadi kurang bersosialisasi, enggan berbaur dan acuh tak acuh terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Untuk mengatasi permaslahan diatas, Pemerintah Desa Gelangsar berusaha semaksimal mungkin untu tetap melestarikan dan mengembangkan sipat gotong royong, terbukti dengan terlaksananya gotong royong pelebaran ruas jalan Dusun Apit sampi Dusun Geripak sepanjang 1.500 m berjalan dengan lancar, Kepala Desa Gelangsar selalu menghimbau sekligus memberikan contoh kepada masyarakat untuk selalu bergotong royong dan saling menolong sesame warga agar pembangunan dalam bentuk fisik maupun non fisik bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.